dampak tekanan darah tinggi

Hipertensi merupakan penyakit unik, karena mudah dideteksi tapi sering muncul tanpa gejala yang jelas. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah mengalami hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah secara teratur. 

Saat ini hampir 1 miliar penduduk dunia terkena penyakit tersebut, dan menjadi satu masalah besar yang harus dihadapi. Pada populasi normal saja diperkirakan 1 dari 4 orang mengalami hipertensi dan prevalensinya bertambah seiring dengan meningkatnya usia. Hipertensi, penyakit kronis serius yang dapat merusak banyak organ tubuh. Penderita-nya ada yang mengalami gejala pusing atau perdarahan hidung (mimisan). Namun pada sebagian besar, justru muncul tanpa keluhan, sehingga dikenal sebagai the silent killer.

Penyakit itu bisa diumpamakan seperti pohon yang terus berkembang dari tahun ke tahun dan membuahkan ba-nyak komplikasi. Hipertensi adalah faktor risiko utama pada penyakit jantung, serebral (otak), renal (ginjal), dan vas-kular (pembuluh darah) dengan komplikasi berupa ’’infarl miokard’’ (serangan jantung), gagal jantung, stroke (serangan otak), gagal ginjal dan penyakit vaskular perifer.

Diketahui juga bahwa ter-nyata faktor genetik berperan sangat besar yaitu 40-50%, sedangkan faktor lingkungan berperan sebesar 10-30%. Pe-nyakit ini mudah ditemui pada penderita diabetes, individu yang kurang berolah raga / beraktivitas fisik individu di atas usia 60 tahun, memiliki kadar kolesterol tinggi, perokok dan obesitas / kegemuk-an.

Pada sekitar 88%, penyebab tidak diketahui dan dikenal sebagai hipertensi esensial atau hipertensi primer. Sisanya diketahui penyebabnya dikenal sebagai hipertensi sekunder.
Pengukuran Menurut ’’The Seventh Report of the Joint National Committee’’ tentang pencegahan, deteksi, evaluasi dan penanganan tekanan darah. Tekanan darah normal adalah kurang dari 120/80 mmHg ( 120 mmHg tekanan darah sistolik dan 80 mmHg tekanan darah diastolik ). Bila tekanan sistolik lebih atau sama dengan 140 mmHg atau diastolik lebih atau sama dengan 90 mmHg, maka dapat dinyatakan sebagai hipertensi. Diperlukan lebih dari satu pengukuran tekanan darah untuk memastikan bahwa seseorang memiliki hipertensi.
Jantung.

Akibat tekanan darah tinggi yang berlanjut terus, maka jantung bekerja lebih keras, hingga otot jantung membesar. Kerja jantung yang meningkat menyebabkan pembesaran yang dapat berlanjut menjadi gagal (heart failure). Selain itu, tekanan darah tinggi juga berpengaruh terhadap pembuluh darah koroner di jantung berupa terbentuknya plak (timbunan) aterosklerosis yang dapat mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah dan menghasilkan serangan jantung (heart attack).
Stroke.

Stroke (serangan otak) mempunyai kaitan erat dengan hipertensi. Penderita memiliki kemungkinan terserang stroke 4 kali lebih besar dari pada mereka yang sehat. Tetapi kejadian dapat dikurangi separohnya bila hipertensi terkontrol. Dari setiap 10 kematian karena stroke, 4 mungkin bisa diselamatkan bila tekanan darah terkontrol.
Mata Tekanan darah yang tinggi juga bisa menyebabkan kebutaan dan gangguan penglihatan lain dengan memecahkan pembuluh darah kecil di retina mata.
Penyakit Ginjal Hipertensi dan penyakit ginjal seperti dua sisi mata uang. Penyakit ini dapat merusak ginjal. Di sisi lain, penyakit ginjal setelah beberapa lama akan menimbulkan hipertensi. Pengendalian tekanan darah yang baik dapat mencegah atau memperlambat kerusakan ginjal.
Pencegahan Berdasarkan ’’the Joint National Committee (JNC) 7’’ tentang pencegahan, deteksi, evaluasi dan terapi tekanan darah tinggi, pasien harus mulai merubah gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat berupa :
- Penurunan berat badan : adalah intervensi gaya hidup yang paling efektif dalam menurunkan tekanan darah pada pasien dengan berat badan berlebih (overweight).

- Menerapkan pola makan DASH (the Dietary Approaches to Stop Hypertension) yang direkomendasikan oleh JNC 7 : yaitu diet rendah lemak dan kaya buah-buahan, sayuran dan susu rendah lemak terbukti sukses dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

- Diet rendah garam : dari penelitian ditemukan bahwa pengurangan asupan garam hingga 2 gram per hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik  maupun diastolik. Kom-binasi penurunan berat badan dan pengurangan asupan garam terbukti telah membantu lebih dari setengah pasien hipertensi usia lanjut berhenti mengkonsumsi obat anti hi-pertensi.
- Aktivitas fisik : melakukan olah raga secara teratur, paling sedikit 30 menit setiap hari.

- Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol. 
Bila dengan merubah gaya hidup, target tekanan darah tetap tidak tercapai, maka ditambahkan’’ intervensi obat’’ anti hipertensi. Target tekanan darah yang harus dicapai penderita pada umumnya adalah kurang dari 140/90 mmHg. Pada penderita diabetes atau penyakit ginjal, maka tekanan darah harus kurang dari 130/80 mmHg.